Pada teori sosiologi-ekonomi, ada yang disebut dengan
generasi sandwich. Seperti sandwich yang dijepit oleh kedua roti, lapis
generasi ini adalah lapis generasi produktif yang harus menghidupi anak-anak
(children) dan orang tua (elderly). Lapis generasi produktif ini disebut dengan
generasi produktif atau working age.
Maka, sebuah bagan populasi akan terbagi menjadi 3 generasi
besar : children - working age - elderly.
Normalnya, sebuah bangsa memiliki piramida normal yang membesar dari
bawah dan menyempit ke atas. Children paling besar, disusul working age lalu
elderly.
Anggaplah perbandingannya 3 : 2 : 1. 3 children, 2 working age dan 1 elderly. Maka
2 working age harus menghidupi 4 orang (3 children dan 1 elderly). Situasi
piramida normal seperti ini memaksa 2 generasi produktif untuk menghidupi 4
orang.
Pada sebuah negara berkembang bahkan komposisi children bisa
mencapai nilai perbanding 5. Berarti 2 generasi produktif harus menghidupi 6
orang. Generasi produktif akan sangat tertekan untuk menghidupi 6 kepala yang
lain.
Pada bangsa yang lain, situasinya terbalik, dimana
perbandingan children : working age : elderly berada pada perbandingan 1 : 3 :
6 dimana 3 generasi produktif menghidupi 7 orang yang lain. Kali ini generasi
produktif harus berhadapan dengan populasi orang tua angkatan pensiunan yang
sangat tinggi. Kondisi seperti ini terjadi di Jepang dan sebagian negara di
Eropa, dimana masyarakatnya sejak lama sudah tidak begitu senang melahirkan dan
menghadirkan generasi.
Kedua perbandingan lapis generasi diatas sangat tidak
menguntungkan bagi generasi produktif. Bukan berarti buruk, bisa saja hebatnya
ekonomi sebuah negara tersebut mendorong tingginya income generasi produktif.
Tetapi dengan pola beban tinggi pada generasi produktif tersebut, maka seluruh
penghasilan akan habis untuk pembiayaan hidup children dan elderly. Generasi
produktif tidak dapat melakukan saving untuk investasi pada pertumbuhan
ekonomi.
Dari pembahasan diatas, ketika jumlah perbandingan generasi
produktif berada diatas lapis children dan elderly, disanalah bonus energi
sebuah bangsa. Sebuah bangsa yang kelebihan working age akan memiliki energi
untuk bergerak dan bertumbuh lebih tinggi dibanding dengan generasi produktif
yang tertekan beban.
Kondisi kelebihan working age ini disebut dengan BONUS
DEMOGRAFI. Sebuah bangsa yang mengalami bonus demografi akan memiliki
kesempatan untuk menjadi bangsa yang besar.
Sebelum hadirnya entitas bangsa bernama Indonesia, Nusantara
telah mengalami 2x bonus demografi : yaitu Zaman Sriwijaya pada abad 7 Masehi,
dan Zaman Majapahit pada abad 14 Masehi.
Siklus Bonus Demografi ini ternyata adalah siklus 7 abad
bagi sebuah negeri, dan hanya berlangsung singkat dalam rentang 25 sd 50 tahun
lamanya.
Dalam data statistik yang ada, Indonesia akan mengalami
bonus demografi yang menanjak sejak 2010 hingga 2030. Dalam rentang waktu ini,
Indonesia akan disesaki oleh lapis generasi produktif yang jumlahnya 70% dari
total populasi negeri. Artinya, 7 generasi produktif cukup menghidupi 3 orang
pada lapis children dan elderly.
Pada rentang waktu inilah, bangsa ini akan memiliki INCOME
tambahan, ENERGI lebih, dan WAKTU yang kemungkinan lebih lapang.
Generasi produktif punya dana untuk bisa diinvestasikan
kembali secara produktif untuk pertumbuhan ekonomi.
Kelebihan dana ini berarti kelebihan energi, yang harusnya
energi produktif ini bisa diarahkan pada proyek-proyek pembangunan yang
bersifat non-government activities di lapangan.
Sedikitnya beban tanggungan dapat memberikan waktu lebih
kepada generasi produktif untuk berbuat lebih banyak dalam karya dan kerja
masyarakat.
Pada zaman Sriwijaya, Nusantara telah memanfaatkan kelebihan
energi ini untuk menghadirkan kerajaan super power di dunia.
Pada zaman Majapahit, Nusantara kembali memanfaatkan bonus
demografi ini untuk menghadirkan kekuatan dominan Majapahit di dunia.
Penaklukan Gajah Mada hingga Madagascar bahkan Amerika Selatan adalah bukti
BESARNYA energi lapis produktitf kerajaan Majapahit saat itu. Gajah Mada hadir
pada celah sempit yang berulang hanya 7 abad. Pemimpin kuat pada masa yang
tepat.
Indonesia 2010 - 2030, bagaimana nasibnya?
70% working age ini adalah dua sisi mata uang yang harus
difahami mendalam. Satu sisi ia adalah peluang bangsa ini untuk bisa melesat
hebat, tetapi disisi lain, jika 70% working age ini gagal membangun kekuatan
ekonomi, maka kita akan kedapatan 70% generasi produktif yang sulit mencari
pekerjaan, sulit membangun bisnis dan sulit hidup. Petakalah Negeri ini.
Semua organisasi bisnis yang hebat adalah organisasi bisnis
yang Paranoia. Mereka selalu membangun ketakutan didalam organisasinya, bahwa
akan ada kompetitor yang melibas, akan ada produk yang lebih baik, akan ada
mereka yang lebih cepat. Makadari itu nereka bertumbuh hebat.
Maka pada tulisan kali ini, Saya secara pribadi ingin
"menakut-nakuti" anak bangsa.
JIKA CELAH SEMPIT INI LEWAT...
JIKA CELAH SEMPIT INI TIDAK KITA GUNAKAN...
JIKA KITA TIDAK MEMPERSIAPKAN CELAH SEMPIT INI DENGAN SEBAIK
BAIKNYA...
Maka apakah yang terjadi?
Hari-hari kedepan, kita harus bersama-sama membekali
generasi untuk bisa menghadapi masa bonus demografi.
Anak-anak muda kita perlu dibekali dengan pola pendidikan
yang singkat, hemat dan efrktif. Bekali dengan skill dan knowledge yang memang
dibutuhkan. Jangan lagi buang waktu mereka dengan mempelajari yang tidak
penting dan tidak terpakai. Tidak esensial. Tidak aplikatif. Terlalu banyak.
Tidak terarah.
Generasi pebisnis start up harus segera membangun ekosistem
bisnis yang sehat. Akses modal yang mudah, akses perdagangan antar provinsi
yang terbangun, akses ekspor impor yang tidak njelimet. Regulasi bisnis yang
pro nasional. Akses edukasi bisnis yang mudah dan aplikatif.
Generasi politisi-pengelola negeri ini harus mulai merancang
rencana pembangunan yang berkesuaian dengan gelombang bonus demografi. Regulasi
dan pengelolaan negara tidak boleh lagi menbangun gap pemisah dengan bonus
energi yang besar ini.
Celahnya sempit... kita harus serius....
(By; Rendy Saputra)
Punya impian untuk bisa memiliki bisnis internet sendiri?
Coba luangkan waktu 3 jam minggu ini untuk hadir di Seminar
Bisnis Internet Gratis, supaya Anda mendapatkan ide dan inspirasi, sekaligus
gambaran besar bagaimana Anda harus mengambil langkah pertama yang terbaik
sebelum terjun ke bisnis internet
Temukan jawabannya:
1. Bisnis Internet apa yang paling baik untuk pemula? Tapi
hasilnya tidak kalah dengan bisnis internet kelas dunia
2. Bagaimana memanfaatkan bisnis internet untuk mencapai
impian Anda lebih cepat?
3. Keahlian apa yang harus Anda miliki supaya bisa menang di
era disruptif?
Yesss, Anda punya kesempatan yang sama untuk sukses di
bisnis internet, yang Anda butuhkan hanya arah & panduan yang tepat untuk
mencapainya disini..
Sukses Online Untuk Anda